SARDOT PANGERTEN Sardot Ning taman bareng Juminten.. Sardot : Dik Jum? Juminten : Dhalem mas.. Sardot : Yen pean dadi bojoku, pean ora tak olehi nyapu2 omah Dik.. Juminten : Ahh mas Adott.. (nyisir poni) Sardot : Pean Ora tak olehi nge-pel omah.. Juminten : Ahh Mas adott pengerten banget.. Xixixixi Sardot : Pokok'e pean ora tak olehi ngurusi pekerjaan omah Dik.. Juminten : Memange dhewe ameh ngingu pembantu to mas? Sardot : Ora Dik.. Juminten : Lhaa terus sopo sing ameh ngurusi omah mas? Sardot : .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Opo sing ameh di urusi? wong omah wae aku ora nduwe huekekekek! *Juminten nesu ngajak mulih..
MISTERI KISAH ASHABUL KAHFI
By: Irfan Addriadi
Salah satu kisah yang masih diliputi misteri hingga saat ini adalah kisah Ashabul kahfi,
kisah tujuh orang pemuda yang berpegang teguh pada keimanan dan
berlindung ke dalam gua hingga ditidurkan disana oleh Allah selama 309
tahun. Misteri dibalik kisah ashabul kahfi ini
menimbulkan banyak interpretasi yang berbeda dikalangan ahli tafsir.
Tentang siapa nama-nama mereka, hidup di zaman mana, siapa raja mereka,
apakah mereka termasuk Nabi dan sebagainya.
Berikut ini saya coba untuk membahas secara singkat misteri dibalik kisah ashabul kahfi, sebagaimana diceritakan dalam beberapa tafsir. Kisah Ashabul kahfi terdapat dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 10-22. Kisah ini dimulai dengan ringkasan kisah,
yaitu ayat 10-11:
إِذۡ
أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن
لَّدُنكَ رَحۡمَةً۬ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا (١٠) فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِى ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدً۬ا (١١)
[Ingatlah]
tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdo’a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami [ini]". (10) Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu (11)
Dalam
ayat ini diceritakan bahwa pemuda Ashabul kahfi berlindung di dalam gua karena
suatu alasan, kemudian Allah membuat mereka tertidur. Dalam ayat lainnya
Al-Quran menyebutkan bahwa mereka tertidur selama 309 tahun Qamariyah atau 300
tahun Masehi, karena 100 tahun Masehi sama dengan 103 tahun Qamariyah[1].
Pada ayat 11 disebutkan bahwa Allah menutup telinga mereka, maksudnya adalah
membuat mereka tertidur sangat pulas sehingga tidak ada suara yang bisa mereka
dengar atau membangunkan mereka[2].
Setelah itu diceritakan latar belakang mereka masuk gua, yaitu pada ayat 14-16.
وَرَبَطۡنَا
عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ
ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦۤ إِلَـٰهً۬اۖ
لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذً۬ا شَطَطًا (١٤) هَـٰٓؤُلَآءِ
قَوۡمُنَا ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦۤ ءَالِهَةً۬ۖ لَّوۡلَا يَأۡتُونَ
عَلَيۡهِم بِسُلۡطَـٰنِۭ بَيِّنٍ۬ۖ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ
عَلَى ٱللَّهِ كَذِبً۬ا (١٥) وَإِذِ
ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُ ۥۤاْ إِلَى
ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم
مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقً۬ا (١٦)
dan
Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu
mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami
sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".
(14) Kaum
kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan [untuk di
sembah]. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang [tentang
kepercayaan mereka?] Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (15) Dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu
akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusan kamu. (16)
[1] Muhammad
ath-Thahir Bin Muhammad Ath-Thahir Bin ‘Asyur At-Tunisy, At-Tahrir Wa At-Tanwir
Al-Ma’ruf Bi At-Tafsir Ibn ‘Asyur, Juz 15 (Beirut: Muasassah At-Tarikh
Al-‘Araby, 2000) hal. 51
[2] Abu
Al-Qasim Amr Bin Ahmad Al-Zamakhsyary, Al-Kasysyaf, Juz 3 (Al-Maktabah
Asy-Syamilah: Mauqi’ At-Tafasir) hal. 498
Dalam ayat ini
diceritakan bahwa para pemuda ini berdiri dengan berani di hadapan raja Dikyanus
(Decius) yang zhalim dan sombong[1],
mereka menyatakan dengan tegas keimanannya pada Allah. Allah telah menguatkan
hati mereka dengan kesabaran untuk berhijrah meninggalkan kampung halaman
mereka dengan membawa agama yang hak[2].
Pada ayat 16 terjadi diolog diantara mereka sendiri untuk menyelamatkan diri
dari raja yang dzalim tersebut.
Ada beberapa kemungkinan bagaimana mereka bisa
tahu akan selamat bila bersembunyi di dalam goa. Mungkin karena kecerdasan mereka membaca
situasi atau karena adanya Nabi di zaman itu yang memberitahu mereka ataupun
salah seorang diantara mereka adalah Nabi[3].
Pada ayat 17-18 dijelaskan keadaan mereka di dalam gua.
[1]
El-Ghibran, Ashabul Kahf, (Online: http://3mbunhati.blogspot.com)
[2] Abu
Al-Qasim Amr Bin Ahmad Al-Zamakhsyary, op. cit. hal. 499
[3] Ibid.,
hal 499
وَتَرَى
ٱلشَّمۡسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَٲوَرُ عَن كَهۡفِهِمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ
وَإِذَا غَرَبَت تَّقۡرِضُہُمۡ ذَاتَ ٱلشِّمَالِ وَهُمۡ فِى فَجۡوَةٍ۬
مِّنۡهُۚ ذَٲلِكَ مِنۡ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِۗ مَن يَہۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ
ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُ ۥ وَلِيًّ۬ا مُّرۡشِدً۬ا
(١٧) وَتَحۡسَبُہُمۡ
أَيۡقَاظً۬ا وَهُمۡ رُقُودٌ۬ۚ وَنُقَلِّبُهُمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَذَاتَ
ٱلشِّمَالِۖ وَكَلۡبُهُم بَـٰسِطٌ۬ ذِرَاعَيۡهِ بِٱلۡوَصِيدِۚ لَوِ
ٱطَّلَعۡتَ عَلَيۡہِمۡ لَوَلَّيۡتَ مِنۡهُمۡ فِرَارً۬ا وَلَمُلِئۡتَ
مِنۡہُمۡ رُعۡبً۬ا (١٨)
Dan
kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah
kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu
adalah sebagian dari tanda-tanda [kebesaran] Allah. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang
pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (17) Dan
kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami
balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan [diri] dan tentulah [hati] kamu akan dipenuhi dengan ketakutan
terhadap mereka. (18)
Dalam
ayat ini diceritakan bahwa Allah menempatkan mereka dalam sebuah gua yang cukup
luas sehingga mereka merasa nyaman. Allah menjaga mereka, sehingga sengatan
sinar matahari tidak langsung mengenai tubuh mereka, selain itu Allah juga
membolak-balikan tubuh mereka agar tidak rusak di makan tanah. Maksud ayat 18
yang berbunyi “dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur” adalah
karena mata mereka terbuka dan tidak terpejam[1].
Dalam ayat ini juga disebutkan bahwa Allah menjaga mereka dari orang-orang yang
ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani mendekati
mereka.
Dalam ayat 19-20 disebutkan tentang
keadaan mereka saat bangun dari tidurnya.
وَڪَذَٲلِكَ
بَعَثۡنَـٰهُمۡ لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَہُمۡۚ قَالَ قَآٮِٕلٌ۬
مِّنۡہُمۡ ڪَمۡ لَبِثۡتُمۡۖ قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ
يَوۡمٍ۬ۚ قَالُواْ رَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ فَٱبۡعَثُوٓاْ
أَحَدَڪُم بِوَرِقِكُمۡ هَـٰذِهِۦۤ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ فَلۡيَنظُرۡ
أَيُّہَآ أَزۡكَىٰ طَعَامً۬ا فَلۡيَأۡتِڪُم بِرِزۡقٍ۬ مِّنۡهُ
وَلۡيَتَلَطَّفۡ وَلَا يُشۡعِرَنَّ بِڪُمۡ أَحَدًا (١٩) إِنَّہُمۡ إِن يَظۡهَرُواْ عَلَيۡكُمۡ يَرۡجُمُوكُمۡ أَوۡ يُعِيدُوڪُمۡ فِى مِلَّتِهِمۡ وَلَن تُفۡلِحُوٓاْ إِذًا أَبَدً۬ا (٢٠)
Dan
demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah
berapa lamakah kamu berada [di sini?]". Mereka menjawab: "Kita berada
[di sini] sehari atau setengah hari". Berkata [yang lain lagi]: "Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada [di sini]. Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik,
maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia
berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seseorangpun. (19) Sesungguhnya
jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika
demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (20)
[1] Abdu
Ar-rahman Bin Nashir Bin Abdullah As-Sa’dy, Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Minan, Juz I (Al-Maktabah Asy-Syamilah: Mauqi’ Majma’ Al-Mulk Fahd
Lithiba’ah Al-Mushaf Asy-Syarif, 2000 ) hal. 472
Menurut
sebagian mufassir, saat itu terdapat perselisihan diantara penduduk kota. Yang
mereka perselisihkan itu tentang hari kiamat: Apakah itu akan terjadi atau
tidak dan Apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau ruh ataukah
dengan ruh saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam
cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan
pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan jiwa[1].
Pada ayat berikutnya diceritakan perselisihan orang-orang tentang jumlah mereka.
[1]
Departemen Agama RI, op.cit., hal. 446
سَيَقُولُونَ
ثَلَـٰثَةٌ۬ رَّابِعُهُمۡ كَلۡبُهُمۡ وَيَقُولُونَ خَمۡسَةٌ۬ سَادِسُہُمۡ
كَلۡبُہُمۡ رَجۡمَۢا بِٱلۡغَيۡبِۖ وَيَقُولُونَ سَبۡعَةٌ۬ وَثَامِنُہُمۡ
ڪَلۡبُہُمۡۚ قُل رَّبِّىٓ أَعۡلَمُ بِعِدَّتِہِم مَّا يَعۡلَمُهُمۡ إِلَّا
قَلِيلٌ۬ۗ فَلَا تُمَارِ فِيہِمۡ إِلَّا مِرَآءً۬ ظَـٰهِرً۬ا وَلَا
تَسۡتَفۡتِ فِيهِم مِّنۡهُمۡ أَحَدً۬ا (٢٢)
Nanti
[ada orang yang akan] mengatakan [jumlah mereka] adalah tiga orang
yang keempat adalah anjingnya, dan [yang lain] mengatakan: "[Jumlah
mereka] adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan
terhadap barang yang ghaib; dan [yang lain lagi] mengatakan: "[Jumlah
mereka] tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah:
"Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui
[bilangan] mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu
[Muhammad] bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir
saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka [pemuda-pemuda itu]
kepada seorangpun di antara mereka. (22)
Yang
berselisih tentang jumlah Ashabul kahfi dalam ayat ini adalah orang-orang ahli
kitab dan lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka ada yang
menyebutkan bahwa Ashabul kahfi itu adalah 3 orang, yang ke 4 adalah anjingnya,
ada juga yang menyatakan 4 orang, yang ke lima adalah anjingnya juga yang
mengatakan 7 orang dan yang ke depalan adalah anjingnya.
Hingga sekarang kisah ashabul kahfi
tetap menjadi misteri, meskipun banyak ahli tafsir yang coba
mengungkapnya. Namun yang pasti, inilah salah satu bentuk kekuasaan
Allah agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang tidak percaya akan
hari kebangkitan. Secara sains, kisah ashabul kahfi
juga menjadikan ibrah yang besar bagi para ilmuan, sehingga sebagian
mereka tertarik untuk meneliti tentang kemungkinan manusia untuk
berhibernasi layaknya ashabul kahfi.
Kisah Ashabul Kahfi memberikan inspirasi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam teori hibernasi, yaitu
kondisi ketidakaktifan dan penurunan metabolisme pada tubuh, serupa
dengan kondisi tidur. Para pemuda Ashabul Kahfi yang tertidur selama
ratusan tahun tetap dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum dan tidak
mengalami kerusakan pada tulang dan otot. Padahal kerusakan dan
hancurnya otot tidak terhindarkan pada orang-orang yang kelaparan
sehingga dapat menyebabkan kematian. Kini, teori hibernasi lebih
dikembangkan bagi para astonot dan para penderita kerusakan sel tulang.
Misteri dibalik kisah ashabul kahfi. Wallahu a'lam...
from : http://addriadis.blogspot.com/2013/02/misteri-dibalik-kisah-ashabul-kahfi.html
Komentar
Posting Komentar