SARDOT PANGERTEN Sardot Ning taman bareng Juminten.. Sardot : Dik Jum? Juminten : Dhalem mas.. Sardot : Yen pean dadi bojoku, pean ora tak olehi nyapu2 omah Dik.. Juminten : Ahh mas Adott.. (nyisir poni) Sardot : Pean Ora tak olehi nge-pel omah.. Juminten : Ahh Mas adott pengerten banget.. Xixixixi Sardot : Pokok'e pean ora tak olehi ngurusi pekerjaan omah Dik.. Juminten : Memange dhewe ameh ngingu pembantu to mas? Sardot : Ora Dik.. Juminten : Lhaa terus sopo sing ameh ngurusi omah mas? Sardot : .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Opo sing ameh di urusi? wong omah wae aku ora nduwe huekekekek! *Juminten nesu ngajak mulih..
TAKJIL
Banyak orang yang masih belum faham apa itu Takjil,dan banyak juga yang salah kaprah menanggapi apa itu Takjil,namun menurut saya Takjil itu semakin lama memang semakin berubah dari arti sebenarnya,namun kalau dilihat dari bahasa arab hal itu sudah biasa,karena dalam kalimat takjil sendiri ada kalimat yang dibuang.
Takjil biasa di Takjil,namun sebenarnya lebih tepat kalau ditulis dengan TA'JIL karena koma diatas sebagai tanda dari huruf AIN (ع)
Ta'jil yang sudah biasa ditulis takjil artinya adalah PENNYEGERAAN yang dimaksudkan penyegeraan untuk menyelesaikan puasa/membatalkan puasa dengan memakan sesuatu.
Dilihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil (ta'jil) berarti mempercepat (dalam berbuka puasa). Karena semua media pemberitaan selalu menyebut makanan untuk berbuka adalah Takjil, maka seolah-olah kita semua sepakat menyebut bahwa Takjil adalah hidangan atau panganan untuk berbuka puasa.
Makna takjil menurut ilmu bahasa arab ialah “penyegeraan, bersegera, percepatan”, sebuah kata dasar dari ajjala, yu’ajjilu artinya menyegerakan, mempercepat. Ta’jilul fitri = menyegerakan berbuka (puasa). Terlihat disini bahwa makna takjil tidak ada hubungannya sama sekali dengan makanan. Setelah kita mengetahui kedua perbedaan definisi tersebut ada baiknya menyimak hadis nabi berikut ini.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu HAzim dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْر
َ"Manusia Senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhori muttafaq alaih)Berdasarkan hadist nabi para ulama menyimpulkan dengan membuat istilah “sunah takjil” yaitu sunah menyegerakan berbuka puasa dahulu ketika azan maghrib tiba sebelum mengerjakan yang lainnya seperti berwudhu, shalat maghrib, shalat sunah dan lain-lain. Bukan dalam arti mendahulukan makan kemudian menunda solat maghrib sampai akhir waktu tapi buka puasa sesegera mungkin dengan sebutir kurma atau seteguk air pun sudah hasil pahala sunah takjil tanpa harus kehilangan keutamaan shalat diawal waktu.
Selain dengan takjil, berbuka puasa dengan kurma atau air putih pun merupakan sunah nabi. Dari Anas bin Malik ia berkata :
“Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamar (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.” (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Akan tetapi pengertian kurma kemudian bergeser lebih luas lagi menjadi “yang manis-manis” seperti kolak, buah-buahan, sirup dan panganan manis lainnya padahal khasiat dan faedah berbuka dengan buah kurma berbeda dengan kolak dan sejenisnya.
Hal ini sesuai dengan akar katanya dalam Bahasa Arab, yakni ''ajila atau menyegerakan. Takjil adalah kata kerja, bukan kata benda yang berarti makanan untuk berbuka puasa.
Komentar
Posting Komentar