SARDOT PANGERTEN Sardot Ning taman bareng Juminten.. Sardot : Dik Jum? Juminten : Dhalem mas.. Sardot : Yen pean dadi bojoku, pean ora tak olehi nyapu2 omah Dik.. Juminten : Ahh mas Adott.. (nyisir poni) Sardot : Pean Ora tak olehi nge-pel omah.. Juminten : Ahh Mas adott pengerten banget.. Xixixixi Sardot : Pokok'e pean ora tak olehi ngurusi pekerjaan omah Dik.. Juminten : Memange dhewe ameh ngingu pembantu to mas? Sardot : Ora Dik.. Juminten : Lhaa terus sopo sing ameh ngurusi omah mas? Sardot : .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Opo sing ameh di urusi? wong omah wae aku ora nduwe huekekekek! *Juminten nesu ngajak mulih..
Rahasia Kotak Infak REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas Sudah menjadi tradisi di Tanah Air kita, umumnya masjid-masjid dan mushala menyediakan kotak infak. Sebuah kotak infak berukuran besar di letakkan secara permanen di bagian yang dianggap strategis, bisa di teras sebelum pintu masuk, atau di bagian dalam langsung setelah pintu masuk. Jika ada pengajian, kotak infak diedarkan keliling. Begitu juga waktu penyelenggaraan shalat Jumat, tidak lupa beberapa kotak infak diedarkan dari shaf depan hingga paling belakang. Biasanya jumlah infak pada hari Jumat lebih banyak dibanding dengan infak waktu pengajian. Begitu jugalah yang terjadi pada sebuah masjid di salah satu kota/kabupaten di Jawa Tengah. Setiap selesai rangkaian ibadah Jumat, beberapa orang takmir, kadang-kadang dibantu oleh jamaah mulai membuka kotak infak dan menghitungnya. Isi kotak infak didominasi uang recehan Rp 500, Rp 1.000, dan Rp 2.000. Sesekali terdapat uang Rp 50 ribu, Rp 20...